Sang Mualim yang bekerja menjaga Platform kereta api di Swedia

Bahktiar Abdullah- foto: Erik Norberg
Beranda Aceh News 13-12-2014 Bakhtiar Abdullah adalah salah satunya yang terlibat dalam film dokumenter tersebut, ia berbicara tentang bagaimana dia dan rekan-rekannya dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM) selama bertahun-tahun di Swedia mengimpikan masa depan yang baru bagi negeri mereka. Dan  berharap bisa  kembali dengan harapan yang besar untuk sebuah  perdamaian.

Selama dia berada di Aceh, dia mendapat kepercayaan  sebagai penasehat gubernur. Setelah beberapa tahun menjabat sebagai penasehat Gubernur, akhirnya dia kembali ke Swedia.

Dalam dokumentar itu anda bisa melihat bagaimana Bakhtiar Abdullah membersihkan platform stasiun kereta komuter selatan Stockholm.  Pekerjaan bukanlah barang yang perlu di pilih pilih, asalkan pekerjaan itu tidak menyusahkan orang lain dan diri sendiri maka kerja apapun tidak jadi masalah (red)

Dan anda bisa melihat bagaimana dia dengan serius berdiri dan merokok di balkon rumahnya  yang jauh dari tanah air mereka di Aceh, yaitu di Alby dan sambil memandang jauh ke pemandangan disekitarnya .

Tsunami merupakan musibah yang mengerikan dan kami hanya bisa menonton TV dengan air mata yang mengalir. Kami jauh dari Aceh, saluran telepon yang rusak dan kami tidak bisa pergi ke sana karena konflik, kata Bakhtiar Abduallah.

Tak lama setelah kejadian yang dahsat itu, maka ruang untuk berdamai dengan pihak Indonesipun terbuka. Kebetulan kami mendapat kontak dari  negara Finlandia dimana bekas presiden negra itu mau menjadi mediasi,  kami  berangkat ke  Helsinki dan mencoba untuk mempelajari bentuk dari perdmaian itu kata Bahktiar.

Mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari, yang sebelumnya pernah sukses memediasi dalam beberapa konflik internasional, adalah orang yang bersedia mempasilitasi perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia. Sebelumnya pernah juga diaadakan jalan damai antara GAM dan RI tapi gagal.  Konflik yang berkepenjangan selama 30 tahun itu telah menelan angka kematian mendekati 15 000. Tetapi dengan hadirnya tsunami maka konflik itu bisa berubah kondisi.

Mereka mengundang kami resmi untuk pertemuan pertama pada 19 Januari. Lebih dari tiga minggu setelah tsunami. Ini adalah pertama kalinya kami duduk berhadapan dengan delegasi Indonesia, katanya.

Bakhtiar Abdullah dan para pemimpin GAM lainnya di Swedia mengambil bagian penting dalam proses perdamaian di Helsinki itu. Dia mengatakan diskusi yang sangat  panjang dan sulit itu terjadi antara Januari dan Agustus 2005.

Setelah beberapa putaran yang ulet dan sulit dalam bernegosiasi di Finlandia, akhirnya GAM dan RI  setuju untuk menandatangani sebuah Memorendum of Understanding (MoU). Dan dengan alasan dan usaha  itu pulah Ahtisaari telah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.

Akhirnya pada tanggal 15 Agustus, mereka menandatangani perundingan damai, sebuah "nota kesepahaman". Nota kesepahaman ini telah memberi Aceh otonomi  yang terbatas dan bisa menentukan hukum mereka sendiri - yang pada akhirnya Aceh bisa menjadi  negeri yang lebih baik. Berdasarkan perjanjian itu, provinsi yang kaya dengn sumber daya alam seperti minyak, gas dan kehutanan, bisa mendapatkan bagian yang lebih besar dari pendapatan seperti pertambangan dan hasil alam lainnya.

Delapan bulan setelah perjanjian damai, Bhkatiar pulang ke Aceh. Bahktiar melihat kehancuran secara langsung, perasaan itu tak terlukiskan katanya. Bahktiar membantu proses pelaksanaan perjanjian damai, antara lain, pengumpulan senjata, kata Bakthiar Abdullah.

Bahktiar aktif secara politik. Sesuai dengan MoU maka orang GAM bisa membentuk partai politik lokal dan independen. Dan akhirnya berhasil, kami meraih kemenangan besar, dan kandidat kami Irwandi Yusuf menjadi gubernur terpilih pertama tahun 2007.

Bahktiar menolak untuk dicalokan karena dia masih bersetatua warga negara Swedia. Tapi dia di angkat menjadi  penasihat gubernur.   

Tapi setelah pergeseran politik yang sangat tak menentu dan  seperti banyak gerakan pembebasan lain didunia lain maka kesadaran berpolitik bisa menghacurkan segalanya, walaupun selama perjuangan bertahun-tahun besama sama tapi bisa tergoncangkan oleh pertarungan pribadi dan ideologis setelah mereka berkuasa.

Sebab itulah pulalah Bakthiar dan rekan-rekannya membentuk partai mereka sendiri dan berakhir di pihak yang kalah. Ketika lawan mereka Zaini Abdullah, yang juga menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan di Alby, terpilih sebagai gubernur pada tahun 2012, Bakthiar kembali ke Swedia.

Bakhtiar Abdullah juga menceritakan alasannya kenapa dia  kembali dari Aceh ke Swedia, disebabkan dia tidak mau terlibat konflik dengan orang yang dia anggap sebagai pemimpin dan sebagai orang tua maka atas perkembangan politik setelah perdamaian, Bakhtiar Abdullah lebih memilih hengkang dari Aceh ke Swedia dan fokus pada keluarga. Dia juga mengatakan bahwa perpecahan sebagian karena persepsi yang berbeda dari pesta demokrasi.

 Dan hal itu sangat tak terduga. Dan rasanya lebih baik saya berada disini katanya, disini saya memiliki seorang putri 19 tahun dan seorang putra 14 tahun, yang keduanya lahir di Swedia kata Bakthiar Abdullah.

Saya tau seakrang ini sangat sulit untuk mencari pekerjaan, tapi untungnya saya akhirnya mendapat pekerjaan sebagai pembersih paltform kereta api. Dia merasa senang bisa mendapat kesempatan untuk bekerja disana,dan sekarang dia telah menjadi pegawai tetap disana.

Poin Bakhtiar terhadap Aceh adalah, Aceh saat ini berada pada posisi ekonomi  yang sulit Aceh. Pengangguran, stagnasi ekonomi, dan tidak ada investasi yang benar benar mau memajaukan Aceh. Dan pendapatan dari sumber daya alam tidak akan bisa dimanfaatkan selama yang dijanjikan tidak sesuai seperti dalam perjanjian damai.

Sementara itu, dilaporkan adanya hukum agama yang ketat  yang tak sesuai dengan aqidah Islam itu sendiri. Kita tau bahwa  Aceh adalah tempat dimana Islam pertama kali bertapak di Indonesia, yang saat ini negara Muslim terbesar di dunia.


Karena itu proses hukum syariat  di Aceh yang yang dilaporkan saluran satelit Arab Al-Jazeera pekan lalu tidak sesuai dengan kehidupan orang Aceh itu sendii. Dan Organisasi hak asasi manusia internasional juga telah mengutuk peraturan yang ada di Aceh itu.

Sebenarnya hukum Syariah tidak ada masalah kata Bahktiar Abdullah. Cuma apa yang kita inginkah adalah harus sesuai dengan tatanan kita sebagai Muslim kata Bakhtiar Abdullah mengakhiri ceritanya.



Edit by Redaksi Beranda Aceh, sumber expressen Sweden
Previous Post Next Post

نموذج الاتصال