Sepekan bersama Tgk Agam (3)

Beranda Aceh Journey to Aceh - Pagi itu cuaca sangat cerah dan panas di kota madani Banda Aceh, saya bersama Ligadinsyah menuju kerumah Tgk Agam, karena sudah janji bawa pagi jumat berangkat ke takengon, sebenarnya tujuan Tgk Agam ke Takengon selain ngantarin saya, beliau mau main main sambil siltaurrahmi dengan saudara di sana. Setelah semuanya siap maka dengan dua mobil kami meluncur menuju Takengon, ada 7 orang bersama kita waktu itu. Sempat berhenti di Sigli untuk sarapan pagi.

Seperti biasa, Tgk Agam tak mau pilih warung yang tertentu, maka kamipun duduk di luar warung yang berdekatan dengan pinggir jalan. Banyak yang melirik ke arah Tgk Agam dan memberikan salam serta masih ada yang manggil dengan sebutan “Pak Gubernur hoe keuneuk djak” (Pak Gubernur mau kemana), tapi TgK Agam menyikapi sapaan itu dengan senyum dan membalah dengan kata “Lon kon Gubernurle hai” (saya bukan Gubernur lagi).

Setelah makan nasi guri ala kadar maka kamipun meluncur lagi ke arah Bireuen. Sebelum melanjutkan perjalanan ke desntenasi berikutnya, kami menyempatkan diri untuk bersilaturrahmi ke Dayah Abu Kuta Krueng.

Sebelum kami kesana sempat minum kopi di warung yang dekat dengan pom bensin. Saya suka warung itu, karena kuenya enak enak. Setelah kami di mendapat info bahwa abu ada ditempat maka kamipun meluncur ke Dayah Abu. 

Disana kami disambut oleh murid abu dan dipersilakan menuju rung dimana para tamu biasa di sambut oleh Abu Kuta Krueng.

Tak lama setelah kami tunggu maka Abu datang, kebetulah hari itu Abu banyak kls yang harus diselesaikan. Walau begitu Abu masih menyempatkan diri bertemu dengan kita.

Setelah bersalaman kamipun dipersilakan duduk oleh Abu, dan disitu saya bisa melihatan betapa dekatnya Abu dengan TgK Agam, walau Abu tak banyak bicara, tapi semua pertanyaan yang dilemparkan oleh TgK Agam dijawab dengan tegas dan ada refrensinya.

Karena ada pertanyaan TgK agam yang mungkin agak susah di laksanakan di Aceh kalau Ulama tak meundukung, seperti diberlakukan hukum Qisas. Abu menjelaskan cara dan bagaimana yg seharusnya dilakukan dalam negeri seperti Aceh. Menarik juga mendengar keterangan Abu, saya kebetulan duduk disebelah kiri Abu dan Tgk Agam duduk disebelah kanan Abu, jadi saya bisa mendengar dengan jelas dan terang keterangan abu tentang masalah itu.

Banyak lagi pertanyaan Tgk Agam yang saya rasa tak usah kita beberkan disini, karena pertanyaan itu sepertinya Tgk Agam siapkan untuk nanti kalau beliau dipercaya untuk kembali menjadi teraju di Aceh.

Tidak lama kami disana sebab mengejar jumat di Bireuen. Setelah ngobrol, minum teh dan makan kue yang disediakan kamipun berangkat lagi menuju destinasi berikutnya yaitu rumah Tu Min.

Keliahatan ramai sekali orang dirumah Tu Min, selain hari Jumat memang selalu rumah Tu Min ramai begitu, kata salah seorang yang saya sempat tanya. Kami terpaksa nunggu di luar, sebab Tu Min masih dalam kls bersama murid murid beliau, setelah 20 menit kami menunggu diluar rumah maka kamipun dipersilakan masuk,  sembari menunggu masuk saya melihat lihat disekitar rumah Tu Min, banyak tanaman yang mnarik disana, salah satunya pohon buah pala yang baru pertama sekali saya lihat, dan kebetulan mangga di depan rumah Tu Min sedang berbuah, maka sayapun minta satu untuk saya makan, saya memang suka mangga muda.


Tu Min dengan Tgk Agam sepertinya sudah tak asing lagi, karena cara mereka bicara saya perhatikan tidaklah seperti orang lain kalau bicara dengan Tu, Irwandi lebih leluasa kalau bicara dengan Tu, dan Tu juga kelihatan lebih rileks dan kelihatan menganggap Tgk Agam seperti teman. Disitu Tgk Agam bicara masalah keadaan semana dengan Tu Min, tak ada bersangkutan dengan hukum atau mencalonkan diri lagi untuk 2017.

Cuma yang saya dengar dan sangat berkesan dari kata Tu Min adalah ”MEUNJOE KALINJOE HANA TA PEUSEULAMAT, MAKA GEUTANJOE ACEH BIET BIET AKAN RUSAK”, (kalau kali ini tidak kita selamatkan, maka kita Aceh akan benar benar susah). Entah apa maksud Tu Min dengan kata kata itu, saya hanya bisa berharap, apa yang dikatakan oleh Tu itu tidak terjadi, karena kita masih sayang akan Aceh.

Banyak juga pembicaraan Tgk Agam bersama Tu Min dan banyak pesan Tu Min kepada Tgk Agam yang saya tak kuasa menulis disini.

Setelah bicara panjang lebar, kamipun dipersilakan makan sebelum meninggalkan rumah Tu Min, kebetulan Tu juga belum makan, saya gak tau waktu itu makan siang atau makan apa, yang jelas makan sebelum sholat jumat.

Maka kamipun duduk bersama Tu, saya duduk disebelah kiri Tu dan Tgk Agam duduk berdampingan dengan saya di sebelah kiri Tu Min, ada seorang Dai di sebelah kana Tu Min yang datang bersilaturrahmi dengan Tu, sayangnya saya lupa namnya. saya sebut nama dia karena saya melihatand ia ambil piiring Tu Min yang masih ada sisa nasi dan ikan dan dia makan sisa makanan Tu Min. 

Jadi teringat saya akan alm Tgk Hasab di Tiro, ketika saya makan semeja bersama beliau di rumah beliau di Sweden, saya ditawarkan makan makanan sisa dan minuman sisa beliau. ”Padjoh njoe, lon hana abeh” itulah kata kata beliau kepada saya waktu itu. Kemudian Alm menyodorkan piring dan gelasnya kepada saya. Mungkin saya adalah orang satu satunya yang pernah makan sisa makanan dan minuman alm. Ketika itu ada Muzakir Hamid disitu sedang menunggu alm selesai makan. Kelihatan dari muka Muzakir kalau dia tak pernah ditawarkan sama alm untuk makan sisa makanannya . ”SEMOGA ALLAH MELUASKAN KUBUR Alm Tgk Hasan di Tiro”.

Ok, kemabali ke cerita kita, setelah selesai makan, maka kamipun pamitan, karena harus mengejar jumatan. Sebelum sholat jumat kami singgah dulu di rumah ibu Tgk Agam dan makan siang disana.

Setelah jumatan dan makan siang di rumah Ibu Tgk Agam, kampun melanjutkan perjalanan menuju kota dingin Takengon.

Sesampainya di Bener Meriah kami di didahului oleh sebuah mobil yang rupanya ingin duluan jadi guide, saya memastikan hal itu kepada Liga yang ada dibelakang dengan mobil yang lain. “Itu anggota kita” kata liga.

Sesampainya di Kota Takengon, kami langsung menuju Kenawat kampung saya. Tgk Agam baru pertama kali datang ke kampung yang terkenal basis GAM itu, disana Tgk Agam bisa meliahat betapa orang Kenawat itu tak pernah takut dengan apa yang namnya bertempur. Baik perempuannya dan lelakinya.

 Setelah bersilaturrahmi dirumah saya, maka Tgk Agam dan saya beserta rombongan menuju Hotel yang berada dekat belang kolak. Disana Tgk Agam mulai merasa kedinginan karena lupa bawa jaket. Waktu itu sudah banyak yang datang dan kedatangan Tgk Agam ke Takengon sengaja tidak kita kabarkan, karena saya juga mau melihat bagaimana sikap orang sana kepada Tgk Agam.

Sepeti biasa, Tgk Agam masih favorit disana, malam itu sempat Bupati Ateh Tengah datang ke Hotel dan ngobrol bersama Tgk Agam. Malampun tak terasa, maka Nasarudin pamitan dan mengundang kami sarapan pagi bersama beliau di Pendopo.

Saya juga bersama rombongan pergi meninggalkan Hotel untuk istirahat, disamping Tgk Agam juga perlu istirahat setelah menumpuh perjalanan yang agak jauh. (Bersambung) by Team BA



Previous Post Next Post

نموذج الاتصال