Surat terbuka untuk Doto Zaini Pada Perayaan Milad GAM Ke-38

Brandaa Aceh News Singkil December 3, 2014 by – Wakil Panglima Muda Daerah II Singkil, Sarbaini Ben Johan, menulis sepucuk surat terbuka untuk Gubernur Aceh Zaini Abdullah atau yang acap di panggil Doto di kalangan GAM,  berupa keluh kesah dirinya mewakili rekan-rekannya dahulu yang ikut memanggul senjata dan bertaruh nyawa demi sebuah idealisme yang mereka yakini dan perjuangkan bersama.

Sarbaini Ben Johan (Pangda II Singkil)
Surat terbuka  Sarbaini untuk Doto yang dikirim ke redaksi jurnalatjeh.com  melalui  Imran Pase Rabu 3 Desember 2014 pukul 15.20 Wib diberi judul Diam bukan berarti takut, sembunyi bukan berarti pengecut.  Ini petikan surat Sarbaini

Sejak masa perang melawan pemerintah RI, saya tunduk dan patuh kepada pimpinan. Demikian juga saat dipercayakan sebagai Wakil Komandan Operasi Daerah II Singkil hingga  Wakil Panglima Muda Daerah II Singkil.

Demi kedamaian Aceh, saya tetap mengikuti apa yang diperintahkan oleh pimpinan KPA Pusat, Tgk Muzakir Manaf atau Mualem.

Tapi kenyataannya, kami di Subulussalam dan Singkil terkesan di anak tirikan. Apakah kami tidak diperlukan lagi?

Melalui tulisan ini, saya sampaikan kepada Abu Doto (Zaini Abdullah – red) di Banda Aceh, agar jangan pernah melupakan perjuangan pahit kami dimasa lalu.

Tulisan ini merupakan ketulusan hati kami untuk mengingatkan pemimpin kami di Banda Aceh. Satu hal yang perlu Doto ingat, jika anak-anak Yatim menanyakan kepada kami sampai dimana perjuangan almarhum ayahnya?

Wilayah Subulussalam dan Singkil bukan basis perjuangan GAM, Wilayah Subulussalam dan Singkil terdiri dari bermacam ragam suku, adat dan budaya. Tapi kami bisa menarik simpati masyarakat untuk mendukung perjuangan suci.

Sejak ditandatanganinya MoU Helsinki pada Mei 2005 sampai saat ini, kami yang setia menjaga apa yang telah disepakati oleh orang tua kami, yaitu “Perdamaian yang Abadi” dengan harapan perdamaian yang sejahtera, berkeadilan secara merata. Baik untuk kami di Subulussalam dan Singkil, begitu juga dengan kawan eks Kombatan GAM dan masyarakat di wilayah lain di Aceh.

Abu Doto pasti mengetahui berapa orang TNA Subulussalam dan Singkil yang syahid, berapa orang sahabat kami yang cidera, berapa banyak rumah kami yang dibakar.

Melalui perayaan Milad GAM Ke-38 yang akan diperingati besok, Kamis, 4 Desember 2014, kami tak kuat membendung air mata yang jatuh bila mengenang masa lalu dan mengenang para sahabat yang telah tiada.

Belum lagi nasib anak Yatim dan Janda eks Kombatan GAM, yang sangat membutuhkan perhatian demi keberlansungan hidup dan masa depannya.

Jawaban apa yang akan kami berikan jika anak Yatim dan Janda eks Kombatan GAM bertanya sudah sampai dimana perjuangan Aceh ini?

Kami berharap Abu Doto bisa berubah dengan melihat lebih jauh untuk masa depan dan kesejahteraan rakyat Aceh. Kami diam bukan berarti takut, kami mengkritisi kinerja Doto karena masih menginginkan Aceh menjadi lebih baik, jauh dari Korupsi dan Nepotisme golongan yang pada dasarnya akan memecahbelah sesama rakyat Aceh.

Jika Abu Doto bersikukuh mempertahan sikap membenarkan yang salah, mendengar bisikan-bisikan, anti kritik dan saran serta mengedepankan egoistis dan nepotisme, maka tunggulah kehancuran Aceh.

Semoga dengan surat terbuka ini Abu Doto tahu maksud dan tujuan kami, besar harapan kami Doto membaca surat ini dari kami yang saat ini terpinggirkan dari perhatian. (Deni Andepa)

sumber jurnalatjeh 

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال