Meupok atau dipeupok (terbentur atau dibentur)

Acara pengajain di Baitrurrahman Banda Ace
BERANDA ACEH NEWS 27-12-2014 - Pengajian di MRB dihentikan, Aceh memenas di tengah Banjir!

“Persoalan panasnya mesjid raya, itu hanya karena yg menggoreng isu tau bumbu dan kadar api to dimasak, cerdaslah memilih media” begitu kata Muhajir Al-Fairusy dalam sebuah status FB nja.

ULAMA & UMARA BENTURAN ATAU DIBENTURKAN?
Mesjid Raya Baiturrrahman (MRB) memanas…
“Dinas Syariat Islam Coreng Nama Baik Pemerintah Aceh” teriak si Fulan
“DPRA Harus Panggil Pengusir Pengajian”  jerit si Fulen
“Ini Jawaban Kadis Syariat Islam Soal Pelarangan Pengajian di Masjid Baiturrahman” kata media Fulan.

Itulah isu yang sedang menjadi “trending topic” di Aceh beberapa hari terakhir, panasnja issu itu datang bersamaan dengan hujan yang menggenang sebahagian wilayah di Aceh.

Sepintas terlihat “Panasnja Baiturrahman” bermula dari “kabar” penghentian pengajian yang diadakan oleh ULAMA yang tergabung dalam HUDA, jika hal ini benar-benar terjadi, kita perlu mencari tahu:
Siapa yang melarang pengajian tersebut?
Kenapa pengajian tersebut dilarang?
Dan yang paling penting benarkah adanja “pelarangan” tersebut?

Sebagai jawaban dari pertanjaan terakhir jika kita mengacu pada “kabar” yang dihembuskan oleh salah satu media di Aceh, kita dapat menjimak bahwa “benar?” Telah terjadi pelarangan pengajian Tastafi yang diadakan oleh ULAMA di Aceh dan pelarangan tersebut ditengarai dilakukan oleh panitia MRB atas perintah oknum tertentu yang berada di lingkaran pendopo atau orang di lingkaran UMARA ACEH tepatnja.

Untuk pertanjaan kedua, kenapa pengajian tersebut dilarang?
“Kami tidak melarang pengajian, karena masjid adalah tempat ibadah. Tapi kedepan kita akan buat peraturan pengajiannya dilakukan usai salat Jumat. Ini bagi yang ingin mengadakan pengajian di hari jumat, Begitu juga bagi yang akan menikah di Jum’at pagi, kedepan akan dibatasi satu pasangan saja. Ini mengingat Jumat merupakan hari yang sempit waktu dan banyak orang yang akan beribadah lebih cepat, di samping para Khadam masjid ingin membersihan lantai mesjid yang butuh banyak waktu pula,” begitu kata Profesor Syahrizal Kadis Syari'at Islam Aceh kepada salah satu media yang sangat getol memberitakan “issu” tersebut!.

Sementara untuk pertanjaan pertama “Siapa yang melarang pengajian tersebut?”
Sesuai dengan “issu” yang dihembuskan ditengarai bahwa yang menginisiasi pelarangan pengajian tersebuat adalah orang dekat (kalangan pendopo) dengan UMARA Aceh dalam konteks ini adalah orang dekat Gubernur.

Seperti itulah “issu” yang memanaskan MRB beberapa hari terakhir, namun di balik itu semua, saya pribadi berpandangan bahwa, jikapun benar adanja pelarangan pengajian yang dilakukan di MRB oleh pihak-pihak tertentu, hal pertama yang harus dilakukan adalah "tabayyun" mengklarifikasi kepada fihak terkait secara langsung dan kalau perlu harus “dipertemukan” para fihak ULAMA dan UMARA untuk bertatap muka untuk meminta dan memberikan penjelasan atas apa yang sebenarnja terjadi, agar semua tau duduk persoalan yang sebenarnja, sehingga persoalan tersebut tidak berlarut-larut yang akhirnja dapan menjeret ULAMA dan UMARA di Aceh ke dalam “ring” panas yang “kemungkinan” sengaja dicipkan oleh fihak-fihak tertentu yang pada akhirnja akan berdampak sangat negative untuk perkembangan Syari’at Islam dan Aceh secara umum ke depan.

Bukankah persoalan “perseteruan?” ULAMA dan UMARA ini tidak seharusnja disajikan kehadapan Publik? 
Tidak adakah cara yang lebih bijaksana untuk menjelesaikannja?
Atau jangan-jangan ada fihak-fihak tertentu yang memang sengaja “membenturkan” dengan menggelindingkan Issu tersebut dan persoalan akan semakin sulit untuk diselesaikan?

Jika benar, ada fihak-fihak tertentu yang sengaja “memanaskan” hubungan ULAMA dan UMARA, siapakah fihak tersebut? 
Untuk apa dan atas dasar kepentingan apa mereka “sengaja” membenturkan ULAMA dengan UMARA? 
Untung apa yang dapat mereka raih dari kemelut tersebut?
 (Ini juga tanda tanja yang tak kalah pentinguntuk dijawab)

Jangan-jangan ada misi atau dendam pribadi yang ingin dituntaskan dan ingin menggiring public agar memusuhi fihak-fihak tertentu yang “memang” ingin dihancurkan oleh fihak terkait!

Di satu sisi “langkah” media untuk menjebarkan kabar tersebut patut di apresiasi jika bertujuan untuk memaksimalkan peran pengawasannja “KONTROLLING” terhadap kebijakan pemerintah.
tapi di sisi lain masyarakat sebagai konsumen harus selektif dan waspada, kerena “bisa” saja orang menduga ada misi “pembunuhan atau pembusukan” atau "KILLING" yang sedang bergulir…

Atau ada kemungkinan dan kepentingan lain di balik semua ini???

Ntahlah… 
Semoga fihak yang berkompeten bisa menjelesaikan persoalan ini dengan bijak agar tidak menjadi bola panas yang dapat mengancam melahirkan ledakan yang lebih besar yang dapat membakar bumi Aceh yang tengah dilanda banjir.
Wallu a’lam bishshawab!  

By Muhammad Ramadhan
Previous Post Next Post

نموذج الاتصال