Aceh gak siap untuk Merdeka

BERANDA ACEH - UNTUK MERDEKA ACEH HARUS BERBENAH, ACEH LON SAYANG ACEH LON MALANG.


Aceh itu beda, Aceh itu istimewa, aceh itu "Teuleubeh", sebenarnya Aceh punya modal lebih untuk maju mengejar ketertinggalan dar daerah lain, atau bahkan dari Indonesia sekalian.

Karena Secara administratif Aceh punja komponen yang jauh lebih lengkap dari daerah lain di indonesia bahkan jauh lebih lengkap dari Indonesia sendir, banyak hal yang diimiliki Aceh tapi tidak dimiliki daerah lain di indonesia yang apabila, andaikata, bilamana,seandainja bisa dimaksimalkan akan sangat positif untuk kemajuan Aceh.

Kalaupun belum diakui sebagai negara berdaulat tapi untuk kelas provinsi Aceh sudah berada di level administratif yang paling atas bahkan (minus pengakuan secara dejure) Aceh bisa dibilang sudah mempunjai syarat untuk menjadi "negara" kecil.

Di sisi lain Aceh juga punya modal SDA yang jauh melebihi daerah lain di Indonesia, APBA Aceh sangat besar (atau bisa dibilang termasuk yang besar) untuk ukuran provinsi di Indonesia.

Jika kita lihat lebih jauh Aceh juga punja modal lainnya yaitu modal sejarah yang bisa memberikan spirit lebih untuk maju jika bisa dimaksimalkan, kita bisa memotifasi diri untuk menyelamatkan atau bahkan mengejar kejayaan yang pernah diraih nenek moyang kita.

Jika kita bisa berbangga dengan nenek moyang kita, lantas kita "rela" mewariskan kegagalan kita kepada anak cucu kita, yang akan menanggung malu dengan kebodohan dan kegagalan dan kemunafikan kita? Sudah seharusnja sejarah gemiling yang kita miliki bisa membuat kita tergugah untuk bekerja lebih keras, lebih serius, lebih iklas, lebih tulus, lebih cerdas untuk memajukan Aceh.

Bukan malah membuat kita terlena dalam buaian masa lalu dan terus terbuai oleh kejayaan dan kekayaan yang kita wariskan.

Sudah sa'atnya kita berbenah, setelah kejayaan yang pernah nenek moyang kita ukir, pengorbanan harta, jiwa, tenaga yang telah diberikan oleh Endatoe kita dengan segenap keikhlasannya, rasanya terlalu keji ketika kita menggunakan itu hanya untuk memenuhi hasrat, nafsu dan kepentingan pribadi atau kelompok kita sendiri, kita akan menjadi dan dikenang sebagai pengkianat oleh anak cucu kita kelak, mereka akan malu dengan sejarah yang kita ukir, mereka akan menjadi bangsa teukabeh.
Na'uzubillah....

Seharusnya Aceh telah bisa atau akan bisa  jika kita serius, dewasa, bersatu, cerdas dan Iklas berbuat untuk Aceh, dengan meninggalkan ego pribadi dan kelompok demi kepentingan bersama.

Dalam onteks politik Aceh punya Parlok untuk menyuarakan aspirasi rakjat Aceh, Hasilnya? Perpolitikan kita tidak lebih sekedar "permainan" munafik para Elit, yang semakin hari semakin berani mengangkangi keinginan dan suara rakyat yang telah memilih dan memberikan mandat pada mereka. Alhasil aspirasi rakyat semakin tersumbat oleh nafsu, ego, ketulian dan kemunafikan para elit busuk yang mengatasnamakan rakyat.

Aceh punya WN untuk membina rakjat Aceh, Hasilnya? Budaya kita semakin kabur, identitas kita semakin terkubur oleh serangan zaman, bahkan nama Aceh berani dicatut dengan mudahnya untuk di jual di dunia "prostitusi" dan "perbudakan" aurat perempuan baru-baru ini, seperti kasus Putri Indonedia, miss indonesia dll, kemana WN yang katnya membina dan menjelamatkan budaya dan harkat serta mertabat rakyat Aceh? Sementara uang miliayaran rupiah tiap tahunnya terus di gelontorkan kepada lembaga WN yang akan menghuni Istana mewah di tengah keterpurukan rakyat Aceh.

Aceh punya MPD untuk memajukan pendidikan rakyat Aceh. Hasilnya? Kualitas pendidikan Aceh semakin mendekati titik nadir, setidaknya jika kita mengaca dari tingkat/angka kelulusan UN tiap tahunnya Aceh selalu bersaing di papan bawah dari sekian provinsi yang ada di Indonesia. Tidak cukup hanya Depag, Depdikbut, Aceh juga punya lembaga khusus seperti MPD yang seharusnya bisa memberikan kontribusi plus untuk memajukan pendidikan Aceh yang pada akhirnya diharapkan dengan membaiknya kualitas pendidikan maka akan ikit mendorong perbaikan kualitas SDM yang akan membangun Aceh di masa depan.

Aceh punya KBA/LPSDM untuk menunjang dan membiayai pendidikan rakyat Aceh. Hasilnya? Fungsi dari lembaga tersebut belum juga maksimal, bahkan cenderung menjadi sebagai (tempat) paling empuk untuk mengeruk keuntungan ilegal bagi pejabat berhati busuk, betapa kita melihat lembaga penyalur beasiswa itu sarat dengan masalah, baik dalam proses penyaluran beasiswa yang tidak sesuai sasaran maupun "dugaan" penyimpangan yang sangat-sangat merugikan Aceh yang dalam beberapa kesempatan sempat disuarakan oleh berbagai pihak di media massa.

Untuk menegakkan syari'at Islam Aceh punya MPU untuk membina agama rakyat Aceh. Aceh upunya Dinas Syari'at Islam (DSI) untuk mendukung dan memaksimalkan pelaksanaan syari'at dalam kehidupan rakyat Aceh. Aceh punya WH untuk mengawasi pelaksanaan syari'at dalam kehidupan rakyat Aceh. Bahkan Aceh punya pebgadilan kusus untuk menegakkan hukum lslam yang bernama Mahkamah Syariah untuk memutuskan hukum terhadap persoalan hukum rakyat Aceh. Hasilnja? Aspek keagaman rakyat semakin menunjukkan trend negatif,  Pelacuran atau perzinaan, perjudian, dan juga Aliran sesat, pemurtadan, kristenisasi semakin subur di Aceh, ironis memang, di tengah gaung penegakan syari'at lslam di Aceh yang telah dibekali dengan seperangkat lembaga pendukung Aceh malah menjadi lahan subur tumbuhnya kristenisasi, penegakan (pelaksanaan qanun) syari'at juga tersendat-sendat, tebang pilih dan angin-anginan.

Seharusnya dengan semua yang dimiliki Aceh hari ini, kehidupan Rakyat Aceh sudah jauh lebih baik dari apa yang sedang kita lihat dalam realitas Aceh 25 February 2015.
Baik dari aspek Politik (dengan adanja Parlok), dari aspek Budaya (dengan adanya WN), aspek Pendidikan (dengan adanya MPD, LPSDM/KBA), aspek ke agama an (dengan adanya MPU, DSI, WH, MS).

Realitas semakin jauh dari idealitas yang harus diperjuangkan, sementara perjuangan itu masih saja digaungkan.

Kita tegakkan dinul islam
Kita majukan pendidikan Aceh
Kita angkat kebudayaan, harkat dan martabat rakyat Aceh.

Inikah SUARA "ORANG" MUNAFIK yang mengatasnamakan AGAMA, RAKJAT dan TANOEH INDATOE ACEH?
Tapi hanya untuk kepentingan pribadi? 
Atau memang si-mereka-itu serius berjuang tapi tidak tau cara mewujudkannya?
Ntahlah...
Ada apa dengan Aceh?
Mari kita introspeksi diri untuk berbenah...

Semoga dengan introspeksi tersebut Aceh bisa merdeka dari keterpurukan ini di masa mendatang. (MR)
Previous Post Next Post

نموذج الاتصال