Niazah A. Hamid |
BERANDA ACEH - KOMISI I
DPRA, PERSOALKAN STATUS KEWARGANEGARAAN ISTRI DOTO ZAINI, MENGAPA BARU
SEKARANG?
Ada yang
baru bangun tidur lagi nie?
Seperti
biasa Gamblang dan Gambe kembali bertemu muka dan beradu mulut di WTC
Darussalam, kali ini mereka membincangkan tentang pernyataan Ketua Komisi l
DPRA yang juga politisi Partai Aceh Abdullah Saleh SH yang menurut mereka agak
janggal.
Gambe: Salam bro...
Gamblang: Salam juga bro...Gimana keadaan elo?
Gambe: Alhamdulillah baik, Batee Giok sedikit memberi
solusi atas persoalan ekonomi saya selama ini.
Gamblang: Bagus lah... lebih bagus dari Pemerintah
Aceh donk?
Gambe: lya Pemerintah Aceh gagal memberi solusi kepada
aneuk nanggroe dan Batee yang tidak punya otak nyatanya lebih memihak ke kita.
Oe ya bro lo baca ndak pernyataan Abdullah Saleh di
Atjeh Post?
Gamblang:
Tidak, ada apa emang?
Gambe: ini
beritanya bro: "KETUA Komisi I DPR Aceh, Abdullah Saleh, mengatakan status
kewarganegaraan Niazah A. Hamid bertentangan dengan aturan Indonesia. “Secara
aturan nasional ini bertentangan. Namun untuk Aceh mugkin saja ada kekhususan
yang diberikan untuk istri pak Gubernur Aceh,” kata Abdullah Saleh kepada
ATJEHPOST.co, Rabu 4 Febuari 2015.
Gamblang:
Emang iya begitu ada apa emangnya? Terus dia bilang apa lagi?
Gambe:
"Kata Abdullah Saleh, meski mengubah kewarganegaraan merupakan hak pribadi
yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun, namun kasus yang Niazah A. Hamid
menarik. “Niazah tidak mau menjadi warga Indonesia atau lebih jelas sebagai
penduduk Aceh. Ini yang perlu kita pertanyakan, kenapa dan mengapa
tidak mau mengurus sebagai warga negara Indonesia? sementara dia menggunakan
fasilitas negera Indonesia,”
Gamblang: Oew...Maklum aja broe, Menjo ka hana sapeu
kheun le, adak pih kude tetap kurap tjit diboeh nama.
Gambe:
Maksud lo?
Gamblang:
Betol yang dia bilang, tapi kenapa barus sekarang pak waki?
Baroe koen
pakoen hana nepeuteubit pernjataan lageinjan???
Gambe: Oe betol begitu yach? Kok bisa ya?
Gamblang:
Memang pernjataan dia itu betol tapi terkesan "Tendensius" sangat.
Gambe:
Maksud Lo?
Gamblang:
Ntahlah...coba elo fikirkan dengan otak jernih lo, jangan pake otak udang,
bukankan kenyataan bahwa Niazah A Hamid itu masih berstatus WNA sudah diketahui
sejak dulu? Sejak sebelum pilkada? Sejak sebelum gonjang-ganjing di Pemerintah
Aceh?
Gambe: Iya juga Bro, menurut elo ada apa ini? Kok bisa baru sekarang dipersoalkan?
Kenapa pula Abdullah Saleh yang ngomong? Padahal mereka kan sama-sama PA?
Gamblang:
Itulah yang guwe bilang tendensius.
Gambe: Oew...ada kepentingan gitu?
Gamblang: lya begitulah kira-kira, menurut ramalan
guwe "kemungkinan" Sang oh ban lheuh saboeh periode teuk PA-PA kenong
hamboe.
Gambe: Kok
gitu lo mikir?
Gamblang:
Coba Elo liat lagi ke belakang, dulu kan dia di PPP sebelum masuk ke PA, terus
di bangga-banggain PA dan juga dulu dia termasuk pendukung Irwandi tapi setelah
tidak cocok lagi dengan Irwandi dia jadi penentang paling fokal di PA, begitu
juga sekarang dengan Doto Zaini, bisa saja satu periode lagi dia masih punya
kesempatan menjabat di DPRA lewat PA, tapi setelah tiga periode itu? kan dia
mau ndak mau kalau masih berminat jadi anggota DPRA dia harus cari partai
selain PA dan disitulah kekhawatiran guwe tadi PA akan senasib dengan PPP
sebelumnya di mata dan di mulut dia, secara orang oportunis gitu juga.
Gambe: Oew
gawat?
Gamblang:
Iya menurut guwe tidak mustahil akan begitu, jadi seharusnya orang PA harus
waspada dengan kemungkinan itu, supaya tidak menyesal nanti, yang pada akhirnya
harus bilang "Bagai kacang lupa akan kulitya" dan itu tidak ada artinya,
karena sangat menyakitkan.
Gambe: Jadi
gimana ni bro?
Gamblang:
Ya tidak gimana-gimana, klo nanti dia mau masuk ke partai Elo misalkan ya
waspada aja dengan orang-orang oportunis seperti itu.
Sudahlah... Biar
retorika waktu yang menjawab akan bagaimana pertualangan dia.
By Muhammad Ramadhan
Tags
Aceh