BERANDA ACEH - Tahun ini, peringatan resmi penandatanganan MoU Helsinki dilaksanakan pada tanggal 15 November oleh Pemerintah Aceh. Menlu Amerika Serikat John Kerry dan Martti Ahtisaari turut diundang.
Padahal sebelumnya tepat di Bulan Agustus, peringatan MoU Helsinki telah digelar di Unsyiah dengan bekerja sama dengan berbagai pihak. Ada acara simposium tentang perdamaian, yang juga dihadiri oleh Martti Ahtisaari.
Memang semua kegiatan untuk mengenang dan menguatkan damai Aceh harus kita dukung. Tetapi kenapa mesti berulang-ulang mengadakan acara seremonial?
Saat ini kita menjadikan damai Aceh sebagai model ke luar. Di mulut selalu kita sampaikan bahwa Aceh adalah laboratorium damai untuk penyelesaian konflik. Tapi apa damai itu sudah benar-benar kita rasakan saat ini?
Menurut Na, yang lebih penting saat ini untuk penguatan damai Aceh adalah ishlah kita seluruh masyarakat Aceh, dimulai dari GAM sendiri.
Orang-orang tua yang mengaku sebagai Pimpinan GAM agar segera mengajak dan merangkul seluruh anggota GAM dan semua mantan kombatan GAM. Jangan saling bermusuhan dan menuding si A, B, C, berkhianat.
Jika GAM sendiri belum mampu kita damaikan, masak sih kita membangga-banggakan diri bahwa Aceh adalah model perdamaian yang harus dicontoh oleh orang lain...
Demikian juga dengan kelompok yang dituduh cuak, milisi, MP-GAM, agar sama-sama diajak memikirkan kebaikan Aceh ke depan.
Kenapa ya, setiap acara perdamaian dan MoU, semua perunding RI diundang, tokoh-tokoh RI seperti SBY, JK, Hamid, dll. diundang, sedangkan dari pihak GAM selalu hanya diwakili oleh Malik Mahmud. Kemana M. Nur Djuli, kemana Bakhtiar Abdullah, kenapa selalu tidak ikut diundang? Apa cukup bagi kita Aceh, hanya Malik Mahmud saja yang berbicara masalah perdamaian???
Bagaimana kita mau jual diri sebagai model damai, kalau dalam rumah sendiri kita saling bermusuhan?
Lucunya, orang-orang yang awalnya tidak suka atau membenci GAM, kini memegang kendali. Seperti Suraiya IT, sejak dulu anti GAM, sekarang malah menjadi panitia acara. Aneh bin ajaib... Tak naik pikir saya... By Nadhine
Tags
Politik