Sepekan berdsama Irwandi Yusuf "Pak Gubernur lagoe"

Dari kanan, Fadhli, Habib, Tgk Irwandi, Win KK dan Teman
Beranda Aceh - ”Pak Gubernur lagoë” Mungkin agak aneh di telinga mendengar kata kata ini dari rakyat yg seharusnya dia tau sipa Gubernur mereka. Tapi itulah yang saya dengar sendiri dari seorang anak muda yang katanya ”penjaga” Pantai Lam Pu’uek Banda Aceh, entah dia sadar atau tidak, atau memang dia sudah biasa memanggil Tgk Agam dengan sebutan itu saya sendiripun kurang faham. Yang jelas Tgk Agam seperti selalu akan menapis dengan cepat kalau ada yang memanggilnya dengan sebutan Pak Gubernur. 

Dani dan Jenaka yang duduk di belakang nyeletuk ”Mabuk sang sigamnjan Ayah, lagèe hana diteupeue soa Gubernurdjih djinoe”. Tgk Agam hanya diam dan meneruskan nyetir menuju pantai.


Ketika sampai dipantai Tgk Agam memarkirkan mobil di bawah pepohonan yang rindang, dan kemudian kami menuju sebuah kedai kecil yang menjual minuman dan makanan kecil. Disana kami duduk sambil memandang laut, saya tidak banyak bicara dcengan Tgk Agam, karena saya melihat Tgk Agam begintu menikmati derunya ombak Pantai Lam Pu’uek. Hanya Dani yg berbicara dengan dia, entah apa yg mereka bicarakan sayapun tak perduli sekali, karena sayapun sedang asyik menikmati pemandangan pantai Lam Pu’uek yang begitu indah.

Tak lama kami disana dan kami meneruskan perjalanan pulang ke kota Banda Aceh dan. Tgk Agam membawa saya ke Ulee Lheu, pelabuhan menuju sabang. Penjaga pintu gerbang memang tak merasa asing lagi dengan Tgk Agam dan masih dengan kata kata yg sama dari mulut penjaga pintu gerbang itu ”Pak Gubernur Lagoê” dan Tgk Agampun selalu menepis kata itu dengan senyum dan berkata ”Bèk meunan hai, Gubernur geutanjoe kana yang laén”. Tgk Agam memarkirn mobil tak jauh dari pintu masuk menuju kapal, Tgk Agam langsung menuju ke sebuah kapal yg terparkir di pinggir pantai, kapal itu kelihatan lumayan bagus, tapi ternyata kapal itu sudah rusak dan pembda tidak memperbaikinya.

Kalau saya tidak salah nama kapal itu PULO RENDO, sayapun mendengar percakapan Tgk Agam dengan seorang kepala dinas di banda dan menyakan keberadaan kapal itu, orang itu bilang bahwa peruntukan untuk memperbaiki kapal itu sudah tak ada, makanya terbengkalai begitu saja, tentu saja Tgk Agam sangat menyayangkan akan hal itu, Tgk Agam berharap agar Pembda BA memperhatikan kapal itu. Kapal itu kalau saya tidak salah, dibeli masa Tgk Agam menjabat sebagai kepala pemerintah Aceh. 

TgK Agam ngobrol sama penjual makanan kecil
Setelah melihat lihat, datanglah beberapa penjual makanan kecil menghampiri tgk Agam, dan seperti biasa Tgk Agam dengan ramah melayani mereka ngobrol, menanyakan kabar mereka dan bagaimana bisnis kecil mereka di pelabuhan itu.

Semuanya mengeluh sebab sudah tidak banyak yg beli dagangan mereka, salah seorang dari mereka berkata dengan loghat bandanya berkata ”Masa Pak Wandi awai tiep ureoe na 50 poh ibe meurumpok lam si uroe, njoe bek an 50 poh ibe, meu 20 payah that ta teume”. Tgk Agam bertanya kenapa bisa begitu, pemuda itu menjawab, sebab sudah tidak banyak orang yang datang ke pantai untuk bersantai seåerti dulu, hal ini disebabkan ekonomi yg semakin semeraut, tutur anak muda itu. Tgk Agam tak bisa berkata apa apa, hanya bisa membeli barangan mereka dengan hara trible dari biasanya.

Setelah itu kamipun menuju pulang kerumah. Setelah kami tiba dirumah Tgk Agam, saya melihat sudah banyak orang menunggu Tgk Agam, seperti biasanya banyak di antara mereka hanya ingin ngobrol (pèh tèm) dengan Tgk Agam. Saya bukannya tidak suka ngobrol begitu, tapi disebbabkan saya ada urusan lain bersam teman teman yang lain, jadi sayapun pamitan agar meninggalkan rumah dan menuju ketempat penginapan yang kebetulan tak jauh dari rumah Tgk Agam.

Malam itu Dani dan Jenaka mengajak saya menjelajah kota banda Aceh, dan makan mi aceh di warung Mie Ayah. Setiap kali saya ke banda Aceh saya akan menyempatkan diri makan mie di warung itu, dan kemudian menikmati martabak telor daerah simpang lima. Kira-kira jam 2 pagi saya belum tidur, karena saya ada janji dengan Tgk Mulyadi M Jamil, penceramah kondang Aceh. 

Bersama Tgk M. Jamil
Akhirnya jam 2.30 saya dijemput sama Tgk dan kamipun ngobrol di sebuah warung yang saya gak tau tempatnya. Jam 4 pagi sayapun di antar lagi sama Tgk ketempat penginapan saya. Malam yang sangat indah dan punya sejarah tersendiri.

Besok paginya Tgk Agam nepon saya dan mengajak saya ke Tanggul besar yg ada di luar Banda Aceh, tapi sebelumnya kami singgah di sebuah permandian yg baru yang juga berada di luar banda Aceh, disana Tgk Agam disambut oleh pemilik tempat itu, saya tak kenal mereka, tapi mereka semua awak PA dan sebagian dari mereka adalah satgas PA.

Disana kami ngobrol agak lama juga, saya melihat lihat situasi disana, memang sangat bagus dibuat permandian itu, dengan kepanasan Banda Aceh, memang cocok sekali permandian itu dibuat, bisnis yang menjanjikan.

Darisana kami menuju ke sebuah Dam (waduk) besar diseketar daerah Aceh Besar, Dam itu sangat bagus tapi sayangnya tak terjaga, saya melihat selain manusia termasuk leumoe (lembu juga ikut bertamasya kesana. Sangat disayangkan kawasan yang cantik begitu tidak di jaga dengan baik, padahal itu bisa dijadikan sebagai lapangan pekerjaan yang sangat bagus sekali potensialnya.

Entah orang kita gak tau atau memang karena manja, tapi alam pemberian Allah yg begitu cantik itu tak tau menjaganya. Dam itupun dibangun ketika Tgk Agam menjabat sebagai kepala pemerintah Aceh. Disana kami bertemu dengan seorang penjuan makanan dan sempat ngobrol akrab dengan Tgk Agam.

Menurut anak muda itu, sudah tak banyak orang datang kesana, alasanyang sama dengan penjual di pelabuhan, yaitu ekonomi. Saya melihat banyak bangunan di taman Dam itu yg sudah rusak  tak terurus.

Sementara tgk Agam main Cabeueng (permainan catur ala Aceh) saya ngobrol dengan Win KK tentang bagaimana orang Denmark menjaga dan menghargai alam mereka. Saya sendiri sangat kecewa melihat keadaan yg ada disana, rasanya saya ingin berlama lama disana dan kalualah saya tak harus berangkat besoknya pulang ke Jkt, ingin rasanya menginap Dam itu. Setelah selelesai Tgk Agam main cabang, kamipun pulang ke Banda Aceh dan kamipun saling pamitan untuk berpisah untuk sementara. Malam itu Tgk Agam nelpon saya kalua dia mau ngatarin saya ke Air port, dan sayapun tentu berterimakasih atas kesudiannya itu.
Tgk Agam sedang main Cabeueng

Besoknya saya Jenaka dan Dani menuju rumah tgk Agam, disana kami sempat sarapan pagi dan kemudian tak lama kamipun menuju Airport. Di Airport Tgk Agam masih dilayan selayaknya seorang Gubernur oleh penjaga parker, Tgk Agam masih bisa memarkirkan mobilnya di parkiran VIP. Dan kemudian kamipun menuju ke tempat ruang tunggu, tiket saya kebetulan ada yang mengurusnya.

Di ruang tunggu saya dan Tgk Agam sempat minum kopi dan kemudian kami menuju ke ruang tunggu naik pesawat, disana saya melihat Tgk Nasarudin Bupati Aceh Tengah dan eks Gub Aceh Syamsudin Mahmu, maka Tgk Agamnpun ngobrol dengan mereka, sementara saya sendiri ngobrol dengan teman yg ada disamping saya.

Penggilan untuk masuk pesawatpun terdengar pengerasa suara, dan sayapun pamitan pada Tgk Agam. Tgk Agam pulang dengan di teman oleh Dani dan Jenaka dan sayapun melanjutkan perjalanan kemabli ke negeri perantauan.

Apa yang saya dapat selama spekan dengan Tgk Agam… bersambung

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال