PENASEHAT VS PENYAKIT

Beranda Aceh 03-01-2015 “Naleung Lakoe” itu sangat berbahaya karena dengan semakin banyaknya ”naleung lakoe” disekitar sebatang pohon maka semakin sedikit peluang pohon itu untuk tumbuh subur, karena “nutrisi” yang dibutuhkan pohon tersebut malah disikat habis oleh “naleung lakoe” disekitarnya. Demikian tulis Mario Tegas di akun FBnya.

Abu si’id dan abu hurairah r.a. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT tiada mengutus seorang nabi atau mengangkat seorang khalifah, melainkan ada dua orang kepercayaan pribadi, seseorang yang menganjurkan kebaikan, dan seorang yang menganjurkan kejahatan. Sedang orang yang selamat ialah yang dipelihara oleh Allah SWT. (Hr.Bukhari)

Dalam hadits di atas jelas dikatakan bahwa disekitar pemimpin itu ada dua (jenis) pembisik yaitu yang bekerja “membantu” pimpinan yang menyumbangkan pemikiran konstruktif sementara yang lain “bekerja” untuk menghancurkan pemimpin dengan membisikkan pemikiran yang destruktif.

Dalam konteks kekinian kita bisa melihat bahwa setiap pemimpin baik President, Gubernur maupun Bupati semuanya memiliki pembisik baik staf pribadi atau bahkan staf khusus, staf ahli, penasehat ahli, dsb. yang bekerja membantu menunjang kinerja gubernur dengan pemikiran-pemikiran yang positif, tapi tidak sedikit pembisik yang malah “menggerogoti” pemimpin dengan pemikiran yang negative yang pada akhirnya akan memperburuk kinerja Pemimpin terkait.

Pembisik ini sejatinya menjadi “orang” kepercayaan seorang pemimpin dalam melakukan banyak hal yang berkaitan dengan pekerjaan kepemimpinan yang sedang dijalankan, sadar atau tidak dalam realitasnya tidak jarang ada staf (pembisik) yang sebenarnya lebih berperan dibandingkan pemimpin itu sendiri dalam menentukan berbagai kebijakan, misalkan dalam memilih dan menunjuk kepala dinas, menunjuk dan memilih pejabat untuk mengisi berbagai posisi strategis yang sangat berpengaruh terhadap jalannya roda pemerintahan yang sedang ia pimpin.

Dalam kondisi seperti ini “baik” buruknya pemerintahan sebenarnya tidak lagi “sangat” tergantung atau setidaknya tidak hanya bergantung pada pemimpin terkait tetapi lebih ditentukan oleh pembisik yang ada di sekitar pemimpin tersebut yang telah “mendapatkan” kepercayaan untuk memilih atau setidaknya mengusulkan calon Kadis misalkan atau penjabat yang akan membantu kerja pemimpin terkait.

Jika pembisik ini bekerja dengan baik dalam artian benar-benar untuk menunjang jalannya roda pemerintahan untuk memakmurkan rakyat maka pemimpin tersebut akan sukses dan rakyat juga akan makmur, tetapi jika para pembisik itu tidak bekerja dengan baik dalam artian bekerja bukan untuk membantu pemimpin dalam memakmurkan rakyat maka pemerintahan yang dijalankan akan gagal mewujudkan kemakmuran bagi rakyat yang sedang dipimpin oleh pemimpin terkait.

Dengan demikian seorang pemimpin seharusnya waspada dan tidak sembarangan memberikan tempat atau kepercayaan bagi staf atau pembisik yang akan membisiknya, pemimpin justru harus hati-hati terhadap orang-orang kepercayaannya. Hal ini dikarenakan orang-orang yang berada di sekitarnya ada yang jujur yang akan membuat rakyatnya makmur sehingga pemimpin tadi semakin dihormati rakyatnya dan ada yang tidak jujur yang akan membuat rakyatnya hancur atau bahkan pemimpin itu sendiri akan dihancurkan oleh bisikan-bisikan setan yang terus dibisikkan oleh pembisik yang tidak jujur tadi sehingga pemimpin tadi dihujat oleh rakyatnya.

Dengan kata lain seorang pembisik yang jujur pasti akan memberikan informasi yang benar terhadap pemimpinnya, tetapi seorang pembisik yang tidak jujur tentu akan memberikan informasi yang tidak benar kepada pemimpinnya. Orang yang terakhir ini lah biasanya yang selalu menghasut dan membisikkan informasi-informasi yang justru bukan memperkuat kepemimpinannya, melainkan akan menurunkan integritas kepemimpinannya.

Karena itulah setiap pemimpin harus sangat waspada terhadap orang-orang yang pekerjaannya hanya membisikkan informasi-informasi salah sehingga pemimpin terdorong untuk megeluarkan kebijakan yang merugikan kepentingan rakyat banyak dan mnghancurkan citra pemimpin itu sendiri.

Pemimpin membutuhkan staf yang tepat!

 ‘Aisyah r.a. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: jika Allah SWT menghendaki kebaikan terhadap seorang raja, maka diberinya seorang pembantu  yang jujur, jika lupa diingatkan dan jika ingat dibantu. Dan jika Allah SWT menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allah SWT memberi padanya, pembantu yang tidak jujur, hingga jika lupa tidak diingatkan dan jika ingat tidak dibantu. (HR. Abu Dawud).

Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan tugas yang sangat besar dan berat, untuk melaksanakan semua tugas kepemimpinannya dan itu tidak mungkin semuanya dilakukan sendiri. Oleh sebab itu dibutuhkan sejumlah pembantu untuk meringankan tugas sang pemimpin. Dalam konteks hari ini seorang President membutuhkan menteri untuk membantu tugas presiden melayani rakyat dalam bidang yang dipercayakan kepadanya, sementara jika pemimpin itu seorang gubernur maka dia membutuhkan Kepala Dinas untuk memimpin dinas yang akan dipercayakan kepadanya.

Dalam hal ini baik menteri maupun kepala dinas yang akan dipercayakan seharusnya benar-benar orang yang tepat yaitu punya kapasitas yang dibutuhkan, harus benar-benar mangaca pada “kualitas” yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan yang ada pada dinas terkait, harus pintar dan jujur serta harus merupakan seorang yang rajin dan pekerja keras, sehingga pekerjaan yang “dipercayakan” kepadanya benar-benar dapat dilaksakan dengan maksimal, jangan sampai setiap tahun gubernur selalu dipusingkan dengan “kenyataan bahwa” masih banyak proyek yang tidak teralisasikan dengan tuntas atau setidaknya lambat dan asal-asalan, sehingga “kredibilitas” gubernur dengan pemerintahannya akan buruk dikarenakan gagal mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya, sehingga setiap tahunnya gubernur dibenbankan dengan “masalah” realisasi anggaran bermasalah, pekerjaan asal jadi dengan kualitas yang jauh dari yang seharusnya.

Keberadan “pembisik dan pembantu” ini tentunya perlu kita apresiasi jika meraka bekerja dengan baik, karena mereka membantu tugas-tugas Gubernur dalam upaya mensejahterkan dan memakmurkan rakyatnya. Akan tetapi, kita juga perlu mencermati dan mengkritisi atau bahkan jika diperlukan kita mesti mewaspadai “jangan-jangan” ada “pembisik” itu berniat bulus yaitu bukan untuk membantu Gubernur memakmurkan rakyatnya tetapi malah “menipu” Gubernur untuk menghancurkan rakyatnya. Sehingga jika salah dalam memilih “pembisik” dan pembisik itu “membisikkan” bisikan yang salah untuk mengangkat Kadis yang tidak kompetent maka pada akhirnya kinerja pemerintah hancur-hancuran.

Misalnya menempatkan orang bukan atas dasar keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan dalam posisi tertentu, tetapi malah memilih pejabat berdasarkan “garis darah” atau ashabiyahnya. Sehingga yang terlihat malah orang-orang atau bahkan pemimpin itu sendiri hanya memikirkan kepentingan pribadi, golongan atau kelompoknya, bukan lagi memikirkan kepentingan rakyat banyak.

Seharusnya Gubernur bisa memilih pejabat yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, Kepala dinas pendidikan misalkan harus diberikan kepada orang yang benar-benar ahli dan kompeten untuk mengurus pendidikan di Aceh dengan sejuta persoalannya, sehingga rakyat Aceh bisa merdeka dari kebodohan.

Kepala dinas kesehatan, seharusnya diberikan kepada orang-orang yang kompeten dan mampu serta jenius untuk mengurus berbagai permasalahan yang ada di bidang kesehatan, sehingga rakyat aceh bisa merdeka dari berbagai penyakit yang selama ini telah dan masih menghantui rakyat Aceh.

Kepala dinas Cipta Karya harus benar-benar diberikan kepada orang yang benar-benar kompeten sehingga bisa menyelesaikan dan membangun berbagai sarana dan infrastruktur di Aceh dengan baik yang pada ujungnya bisa memerdekakan rakyat Aceh dari ketertinggalan dalam pembangunan, sehingga bisa membantu membangkitkan perekonomian rakyat Aceh yang selama ini belum merdeka dari kemiskinan.

Intinya jika disekitar pemimpin ada pembisik yang yang licik dan picik ini serta berakal bulus maka pemerintahan yang dijalankannya akan amburadul dan rakyat akan semakin jauh dari kata makmur. Yang terjadi malah kredibilitas gubernur yang akan hancur, kata Mario Tegas “naleung lakoe” itu sangat berbahaya karena dengan semakin banyaknya ”naleung lakoe” disekitar sebatang pohon maka semakin sedikit peluang pohon itu untuk tumbuh subur, karena “nutrisi” yang dibutuhkan pohon tersebut malah disikat habis oleh “naleung lakoe” disekitarnya.” Seperti itulah “pembisik” licik dan bulus yang ada disekitar pemimpin secara perlahan ia akan “menghancurkan” pemimpin itu sendiri.

Akhirnya kita berharap agar di Aceh tidak ada pembisik berakal bulus atau naleung lakoe yang akan menghancurkan pemimpin, sehingga dengan tidak adanya pembisik yang berakal bulus tersebut disekitar pemimpin kita, maka Pemerintah Aceh akan bisa bekerja dengan baik dalam mewujudkan cita-cita kemakmuran bagai rakyat aceh secara keseluruhan.

Sehingga akhirnya kita sama-sama bisa berterik “MERDEKAAA!”
Merdeka dari kebodohan, kemiskinan dan berbagai ketertinggalan lainnya.

Semoga…!

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال